Penyebab-Penurunan-Tanah-di-Semarang-Dosen-UGM-Akibat-Penggunaan-Air-yang-Berlebihan
admin Posted on 4:51 pm

Penyebab Penurunan Tanah di Semarang, Dosen UGM: Akibat Penggunaan Air yang Berlebihan

Rate this post

Heri Sutanta, Dosen Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan penyebab penurunan tanah di Semarang, Jawa Tengah, dan Jakarta.

Menurunnya land subsidence di Semarang dan Jakarta, menurut dosen UGM ini, disebabkan penggunaan air tanah yang melebihi kapasitas.

Penyebab Penurunan Tanah di Semarang, Dosen UGM: Akibat Penggunaan Air yang Berlebihan

Penyebab-Penurunan-Tanah-di-Semarang-Dosen-UGM-Akibat-Penggunaan-Air-yang-Berlebihan

“Hasil penelitian kami di Semarang, kondisi di Jakarta sama, penurunan muka tanah dipercepat dengan eksploitasi air tanah yang berlebihan dan melebihi kapasitas pengisiannya,” kata Heri Sutanta yang dimuat Suara.com.
Sisa waktu -17:37
Unibots.in

Baca juga:
Dosen UGM raih Hermes Startup Award 2020 karena menggalakkan konsep Smart Farming 4.0

Menurut dosen UGM ini, kota-kota besar di Indonesia seperti Semarang dan Jakarta

berada di wilayah pesisir yang tanahnya terbentuk dari tanah aluvial akibat endapan sungai sehingga lebih mudah mengalami pemadatan dan akhirnya terjadi penurunan tanah.

Dari hasil penelitiannya terlihat jelas bahwa di daerah tangkapan air Kota Semarang dulu banyak terdapat taman, lahan kering dan ruang terbuka, namun kemudian menjadi kompleks perumahan, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur lainnya.

“Hal ini menyebabkan berkurangnya aquifer recharge (CAT) di Semarang,” kata Heri Sutanta.

Baca juga:
Kisah inspiratif driver Ojol menjadi instruktur UGM

Dosen UGM itu mengatakan, di Semarang, kenaikan muka air laut global saat ini mencapai 3-5 milimeter per tahun, sedangkan penurunan muka tanah mencapai 9 cm.

“Ada peningkatan land subsidence 30 kali lebih besar dari kenaikan muka air laut global,” ujarnya.

Menurutnya, faktor penurunan muka tanah lokal lebih besar pengaruhnya terhadap kenaikan muka air laut relatif di Semarang dan Jakarta.

Baca juga:
Wiratni, dosen UGM, masuk dalam 39 insinyur wanita tangguh

Padahal, percepatan penurunan muka tanah membuat kedua kota ini sering dilanda banjir saat hujan deras, karena posisi daratan pantai lebih rendah dari permukaan air laut.

Heri berharap, baik di Semarang maupun Jakarta, kondisi bawah laut di dataran pantai dapat diatasi secara menyeluruh.

Kawasan pemukiman dan industri di kawasan pesisir saat ini dapat dilindungi dengan tanggul.

Selain itu, perlu juga disiapkan banyak pompa untuk mengalirkan air dari drainase ke sungai-sungai besar yang airnya mengalir ke arah laut.

“Pompa perlu disiapkan, meski membutuhkan biaya operasional yang tinggi,” ujarnya.

Menurut Heri Sutanta, dari kota-kota besar di Indonesia, hanya Semarang dan Jakarta yang saat ini mengalami proses penurunan muka tanah yang begitu cepat.

Untuk mengharapkan dampak yang lebih besar di masa depan, dia menyarankan agar pemerintah mengambil kebijakan yang komprehensif.

“Kebijakan pertama adalah mengatur pengambilan air tanah dan mempertahankan pengembaliannya melalui perubahan pembatasan pemanfaatan lahan di daerah aliran sungai. Selanjutnya adalah memitigasi dampaknya, seperti membangun tanggul pantai untuk melindungi infrastruktur dan warga sekitar,” ujarnya.

Demikian penjelasan dosen UGM terkait penggunaan air tanah yang melebihi kapasitas sehingga menyebabkan penurunan muka tanah di Semarang dan Jakarta.

Baca Juga :

https://www.kuismedia.id
https://sajadahbusa.com